Saat
kita jatuh cinta, bagian otak yang bertugas sebagai pengontrol depresi
dan analisis, sama sekali tidak bekerja, sebaliknya bagian otak
pengontrol intuisi, rasa "ser-seran" dan bagian otak yang bekerja merespon obat bekerja dengan aktif.
Kesimpulannya
Menurut psikiater dan asisten klinik psikiater di University of
California San Francisco School of Medicine, Dr. Thomas Lewis, dalam
bukunya yang bertajuk A General Theory of Love mengatakan, “jatuh cinta memang bukan merupakan fungsi otak, jatuh cinta itu lebih merupakan fungsi saraf “. Jadi tidak heran kenapa orang yang jatuh cinta kerap melakukan hal-hal bodoh, karena mereka - mungkin- "bekerja" tanpa menggunakan otak. (hahaha)
Mengingat penelitian biologi saat ini, tampaknya bahwa ungkapan "jatuh cinta membuat gila" bukan hanya metafora. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa jatuh cinta secara fisiologis mirip dengan penyakit mental.
Misalnya saja
gangguan seperti OCD (Obsessive - Compulsive Disorder). Si penderita OCD
biasanya mempunyai pikiran tertentu yang tak dapat dilenyapkannya
(obsesi) atau melakukan suatu tindakan berulang-kali tanpa kendali
(kompulsi).
Hal ini berkaitan dengan ketidakseimbangan serotonin, dan
ketika dipelajari, peneliti menemukan bahwa seseorang yang jatuh cinta
memiliki kadar serotonin 40% di bawah normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar