Ageboy Blog: http://ageboy.blogspot.com/2012/04/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html#ixzz2IHYCzYvH Yato 18+: Pornografi dan bacaan / tontonan khusus dewasa ?

17 Jan 2013

Pornografi dan bacaan / tontonan khusus dewasa ?

 

Pornografi, baik dalam bentuk buku, bacaan komik, video dvd, ataupun media lainya, sangat marak dan bisa kita dapatkan dengan bebas, seperti di mini market, toko buku dan penyewaan video..
Benda benda semacam ini biasanya diberi label “khusus dewasa” menggantikan sebutan pornografi.

Terus terang saya tidak tahu apa bedanya dan saya juga tidak akan memperpanjang perbedaan istilah ini, karena apa yang saya lakukan disini tidak lebih dari menuliskannya saja. Awalnya karena kurangnya reffrensi, saya sedikit kesulitan menulis artikel ini, namun berkat bantuan banyak pihak akhirnya tulisan ini selesai juga. Walaupun bisa dikatakan sangat tidak lengkap atau cuma ulasan biasa saja, namun tampaknya jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
 
Saya mulai dengan majalah. Dari sampul depanya, dengan mudah bisa ditebak isinya walaupun oleh orang yang tidak mengerti huruf jepang sekalipun, seperti saya. Mari kita lihat isi didalamnya (sengaja dipakai kata kita, agar tidak terskesan sendirian). Dengan nyengir mesum membayangkan gambar didalamnya, dengan malu malu, majalahnya saya buka. Gedabrak! Isinya ternyata cukup membuat saya (hampir) pingsan, maklum wong ndeso. Tebal majalahnya hampir sama dengan buku pelajaran ketika sma dulu, namun isinya tentu saja tidak sama (dodol !). Selain gambar atau foto, juga ada artikel, gosip, atau berita lain yang mungkin tidak ada hubungannya dengan sampul depan. 
Menariknya, majalah semacam ini bisa dibuka buka secara bebas, karena dijual tanpa plastik segel pembungkus. Beberapa halamannya, kadang dibuat lengket menjadi satu, sehingga sama sekali tidak bisa dilihat, selain membeli, mengguntingnya dengan hati hati dan menikmati isinya. Sialnya halaman yang lengket itu justru merupakan halaman utamanya. Yang menarik lagi, walaupun bisa dilihat dengan bebas, saya hampir tidak pernah melihat gerombolan orang apalagi antrean panjang saling salip, saling sikut dan berebutan ingin membeli atau membaca. Semuanya tampak biasa biasa saja kecuali kadang kadang tampak beberapa anak remaja yang melintas dengan tertawa cekikikan, sambil menujuk pada sampul depan, yang memperlihatkan si model dengan pembungkus pelampungnya yang hampir meletus atau beberapa orang asing dari negara anti pornografi (?) seperti saya yang melihat atau membuka majalahnya dengan sembunyi sembunyi. Pembeli majalah ini biasanya adalah golongan pria setengah baya, atau umum disebut oji-chan atau ossan, yang kadang kadang meninggalkan begitu saja majalahnya sehabis dibaca di di dalam kereta, karena takut ketahuan istri kalau dibawa ke rumah. 
Selain majalah, pornografi juga memasuki dunia komik dalam jumlah yang mungkin lebih banyak lagi, dengan harga yang jauh lebih murah. Pilihannya sangat banyak, dari yang 1/2 porno 1/4 porno atau 100% porno. Bagi yang nafsu besar, dompet melompong, bisa mendatangi toko komik bekas yang banyak terdapat sekitar stasiun di jepang. Ditoko ini, kita bisa membaca atau melihat lihat halamannya bukunya sepuasnya tanpa ada keharusan untuk membeli. Karena harganya sangat murah, toko komik bekas ini biasanya selalu ramai dan penuh sesak. Tentu saja isinya bukan komik porno melulu, agar tidak rancu dengan judul. Komik doraemon, komik anak anak, buku pendidikan dan buku umum lainya juga pasti ada, namanya juga toko buku, sedangkan yang berbau porno hanyalah sebagian kecil saja. .
Yang terakhir, dan juga mungkin paling banyak beredar di negara kita adalah adult video atau lebih dikenal dengan sebutan JAV.. Video porno, dan sekarang mulai digantikan dengan dvd, biasanya bisa kita temukan di tempat tempat penjualan, atau penyewaan video biasa. Untuk mendapatkannya, kita harus memasuki ruangan khusus yang kadang hanya dibatasi dengan selembar kain. Bagi yang maniac atau virus mesumnya sudah level tinggi, bisa mendatangi toko yang khusus menjual video dan dvd porno saja. Tempatnya cukup luas bahkan kadang sangat luas, dari lantai satu sampai diatasnya isinya penuh dengan barang serupa tapi tidak sama. Peminatnya sekarang lebih bervariasi tidak didominasi oleh pria setengah umur saja, namun juga laki laki muda bahkan wanitapun walaupun jarang, kadang kadang bisa kita temukan “berkeliaran” walaupun biasanya masih beserta pasangannya.
Bagi yang pernah menonton video porno di Indonesia dan membandingankannya dengan yang di sini pasti akan kecewa. Kenapa ? Karena ternyata ternyata bagian yang dianggap penting biasanya disensor atau diburamkan, namun bukan berarti video yang tanpa sensor tidak bisa didapatkan Pembelian bisa dilakukan lewat telephone, berdasarkan daftar selebaran yang dimasukkan oleh seseorang (entah siapa) di kotak post rumah atau aparteman rumah. Transaksinya tentu saja gelap alias illegal. Kalau kita beruntung, kita bisa mendapatkan video bersih tanpa sensor, tapi kalau apes, berarti siap siap gigit jari. Penipuan seperti ini kerap terjadi. Korban dipastikan tidak akan melapor, kecuali bagi mereka yang mau merepotkan diri. Bisnis seperti ini biasa dilakukan oleh golongan yakuza. Film dewasa dengan layar lebar juga bisa kita jumpai di bioskop bioskop tertentu saja. Poster pertunjukan yang sedang atau akan dimainkan biasanya ditempelkan di dinding khusus yang sangat tersembunyi atau di belakang gedung berbading terbalik dengan bioskop normalnya. Namanya juga film, pasti ada jalan ceritanya juga walaupun mungkin adegan utamanya sama saja. Kata mungkin terpaksa saya tambahkan, karena belum pernah menontonya secara langsung cuma dengar cerita dari teman doang.
Disamping media yang telah saya sebutkan di atas, masih ada beberapa media lagi yang tidak luput dari pornografi yaitu internet, tv cable dan yang terakhir malah bisa dinikmati di program tv biasa, yang disiarkan dini hari seminggu sekali, walau cuman foto fotoan dan bincang bincang masalah yang ngeres dan sedikit ngawur.
Marak dan bebasanya peredaran barang barang pornografi di sini ternyata berbanding terbalik dengan kecilnya prosentase angka kejahatan seksual, kasus pemerkosaan atau kehamilan remaja. Wanita tampak aman aman saja "berkeliaran" di tengah malam atau pulang kerja ataupun kegiatan lainnya. Pandangan mata nakal dan jelalatan dan gerombolan anak muda mengganggu gadis lain yang lewat di jalan tampaknya tidak umum di negara ini. Satu satunya kejahatan seksual yang sedikit umum adalah "chikan", yaitu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan memegang bagian tubuh wanita ketika berdesakan dalam kereta api dan mengintip celana dalam wanita lewat kamera hp. Pelaku yang tertangkap, kasusnya biasanya diekspose di televisi dan sudah bisa dihukum berat dengan diberhentikan dari pekerjaanya, Nah rasain lo ! Walaupun begitu setiap tetap saja ada orang yang nekat melakukannya. Uniknya, pelakunya bukan hanya golongan atau karyawan biasa namun juga orang yang menempati posisi tinggi di perusahaan. Korbanya lagi lagi wanita.
Melihat begitu maraknya bacaan dan tontonan porno atau dewasa, bagaimana dengan tanggapan atau pengaruh generasi muda di sini ? Dari beberapa orang yang pernah saya tanyakan disini jawabanya kadang cukup mencengangkan. Kalau ada bacaan khusus anak anak tentu juga ada bacaan khusus dewasa. Didalam masyarakat yang normal tentu juga ada sebagian kecil golongan yang tidak normal, etchi atau hentai dan tampaknya golongan ini harus diberikan tempat juga agar tidak mengganggu. Kadang pendapat itu ada benarnya juga, karena walaupun dilarang, tampaknya tetap akan dicari.
Dari yang saya lihat juga, pornografi ditanggapi dengan biasa biasa saja. Bacaan atau tontonan yang mengandung pornografi cendrung ditanggapi biasa saja atau bahkan menurut saya cendrung sepi. Semua orang tampaknya memilih bacaan atau tontonan sesuai kebutuhan dan umurnya. Seniman besar jaman dulu keliber Kitagawa Utamaro, juga pernah mencipatakan seri lukisan ukioe yang bertema sangat erotis , yang sebagian orang mungkin menyebutnya porno, atau mungkin seni porno atau apalah, yang jelas harganya (karena kebetulan saya suka lukisan) super ajaib karena si kolektor bisanya enggan menjualnya. Jadi dilihat dari sejarahnya tampaknya masyarkat Jepang secara umum sudah terbiasa atau mungkin juga sudah bosan dengan sesuatu yang berbau porno, sedangkan yang sebagian kecil tetap saja membandel dan tidak pernah bosan.
Akhirnya tulisan ini harus saya akhiri juga dengan tanpa kesimpulan apapun keculi satu pertanyaan penutup : "Apa yang terjadi kalau seandainya bebebasan yang sama juga diterapkan di negara kita ?" Mungkin kebanyakan orang sudah tahu jawabannya....
Semoga bermanfaat..

Tidak ada komentar: