Pornografi, baik dalam bentuk buku, bacaan komik, video
dvd, ataupun media lainya, sangat marak dan bisa kita
dapatkan dengan bebas, seperti di mini market, toko buku
dan penyewaan video..
Benda benda semacam ini biasanya
diberi label “khusus dewasa” menggantikan sebutan
pornografi.
Terus terang saya tidak tahu apa bedanya dan saya juga
tidak akan memperpanjang perbedaan istilah ini, karena apa
yang saya lakukan disini tidak lebih dari menuliskannya
saja. Awalnya karena kurangnya reffrensi, saya sedikit
kesulitan menulis artikel ini, namun berkat bantuan
banyak pihak akhirnya tulisan ini selesai juga. Walaupun
bisa dikatakan sangat tidak lengkap atau cuma ulasan
biasa saja, namun tampaknya jauh lebih baik daripada tidak sama
sekali.
Saya
mulai dengan majalah. Dari sampul depanya, dengan
mudah bisa ditebak isinya walaupun oleh orang yang
tidak mengerti huruf jepang sekalipun, seperti saya.
Mari kita
lihat isi didalamnya (sengaja dipakai kata kita, agar
tidak terskesan sendirian). Dengan nyengir mesum
membayangkan gambar didalamnya, dengan malu malu,
majalahnya saya buka. Gedabrak! Isinya ternyata cukup
membuat saya (hampir) pingsan, maklum wong ndeso. Tebal
majalahnya hampir sama dengan buku pelajaran ketika sma dulu,
namun isinya tentu saja tidak sama (dodol !). Selain gambar
atau foto, juga ada artikel, gosip,
atau berita lain yang mungkin tidak ada hubungannya
dengan sampul depan.
Menariknya,
majalah semacam ini bisa dibuka buka secara bebas,
karena dijual tanpa plastik segel pembungkus. Beberapa
halamannya, kadang dibuat lengket menjadi satu,
sehingga sama sekali tidak bisa dilihat, selain membeli,
mengguntingnya dengan hati hati dan menikmati isinya. Sialnya
halaman yang lengket itu justru merupakan halaman utamanya.
Yang menarik lagi, walaupun bisa dilihat dengan bebas,
saya hampir tidak pernah melihat gerombolan orang
apalagi antrean panjang saling salip, saling sikut dan
berebutan ingin membeli atau membaca. Semuanya tampak
biasa biasa saja kecuali kadang kadang tampak beberapa
anak remaja yang melintas dengan tertawa cekikikan, sambil
menujuk pada sampul depan, yang memperlihatkan si model dengan
pembungkus pelampungnya yang hampir meletus atau
beberapa orang asing dari negara anti pornografi (?)
seperti saya yang melihat atau membuka majalahnya
dengan sembunyi sembunyi. Pembeli majalah ini biasanya
adalah golongan pria setengah baya, atau umum disebut
oji-chan atau ossan, yang kadang kadang meninggalkan begitu saja
majalahnya sehabis dibaca di di dalam kereta, karena takut
ketahuan istri kalau dibawa ke rumah.
Selain
majalah, pornografi juga memasuki dunia komik dalam
jumlah yang mungkin lebih banyak lagi, dengan harga
yang jauh lebih murah. Pilihannya sangat banyak, dari
yang 1/2 porno 1/4 porno atau 100% porno. Bagi yang nafsu
besar, dompet melompong, bisa mendatangi toko komik bekas yang
banyak terdapat sekitar stasiun di jepang. Ditoko ini,
kita bisa membaca atau melihat lihat halamannya
bukunya sepuasnya tanpa ada keharusan untuk membeli.
Karena harganya sangat murah, toko komik bekas ini
biasanya selalu ramai dan penuh sesak. Tentu saja
isinya bukan komik porno melulu, agar tidak rancu dengan judul.
Komik doraemon, komik anak anak, buku pendidikan dan buku
umum lainya juga pasti ada, namanya juga toko buku,
sedangkan yang berbau porno hanyalah sebagian kecil
saja. .
Yang
terakhir, dan juga mungkin paling banyak beredar di
negara kita adalah adult video atau lebih dikenal
dengan sebutan JAV.. Video porno, dan sekarang mulai digantikan
dengan dvd, biasanya bisa kita temukan di tempat tempat
penjualan, atau penyewaan video biasa. Untuk
mendapatkannya, kita harus memasuki ruangan khusus
yang kadang hanya dibatasi dengan selembar kain. Bagi
yang maniac atau virus mesumnya sudah level tinggi, bisa
mendatangi toko yang khusus menjual video dan dvd porno saja.
Tempatnya cukup luas bahkan kadang sangat luas, dari lantai
satu sampai diatasnya isinya penuh dengan barang
serupa tapi tidak sama. Peminatnya sekarang lebih
bervariasi tidak didominasi oleh pria setengah umur
saja, namun juga laki laki muda bahkan wanitapun
walaupun jarang, kadang kadang bisa kita temukan “berkeliaran”
walaupun biasanya masih beserta pasangannya.
Bagi
yang pernah menonton video porno di Indonesia dan
membandingankannya dengan yang di sini pasti akan
kecewa. Kenapa ? Karena ternyata ternyata bagian yang
dianggap penting biasanya disensor atau diburamkan, namun
bukan berarti video yang tanpa sensor tidak bisa didapatkan
Pembelian bisa dilakukan lewat telephone, berdasarkan
daftar selebaran yang dimasukkan oleh seseorang (entah
siapa) di kotak post rumah atau aparteman rumah.
Transaksinya tentu saja gelap alias illegal. Kalau
kita beruntung, kita bisa mendapatkan video bersih tanpa
sensor, tapi kalau apes, berarti siap siap gigit jari. Penipuan
seperti ini kerap terjadi. Korban dipastikan tidak akan
melapor, kecuali bagi mereka yang mau merepotkan diri.
Bisnis seperti ini biasa dilakukan oleh golongan
yakuza. Film dewasa dengan layar lebar juga bisa kita
jumpai di bioskop bioskop tertentu saja. Poster
pertunjukan yang sedang atau akan dimainkan biasanya ditempelkan
di dinding khusus yang sangat tersembunyi atau di belakang
gedung berbading terbalik dengan bioskop normalnya.
Namanya juga film, pasti ada jalan ceritanya juga
walaupun mungkin adegan utamanya sama saja. Kata
mungkin terpaksa saya tambahkan, karena belum pernah
menontonya secara langsung cuma dengar cerita dari teman
doang.
Disamping
media yang telah saya sebutkan di atas, masih ada
beberapa media lagi yang tidak luput dari pornografi
yaitu internet, tv cable dan yang terakhir malah bisa
dinikmati di program tv biasa, yang disiarkan dini
hari seminggu sekali, walau cuman foto fotoan dan bincang bincang
masalah yang ngeres dan sedikit ngawur.
Marak
dan bebasanya peredaran barang barang pornografi di
sini ternyata berbanding terbalik dengan kecilnya
prosentase angka kejahatan seksual, kasus pemerkosaan
atau kehamilan remaja. Wanita tampak aman aman saja "berkeliaran"
di tengah malam atau pulang kerja ataupun kegiatan lainnya.
Pandangan mata nakal dan jelalatan dan gerombolan
anak muda mengganggu gadis lain yang lewat di jalan
tampaknya tidak umum di negara ini. Satu satunya
kejahatan seksual yang sedikit umum adalah "chikan",
yaitu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan memegang
bagian tubuh wanita ketika berdesakan dalam kereta api dan
mengintip celana dalam wanita lewat kamera hp. Pelaku
yang tertangkap, kasusnya biasanya diekspose di
televisi dan sudah bisa dihukum berat dengan
diberhentikan dari pekerjaanya, Nah rasain lo ! Walaupun begitu
setiap tetap saja ada orang yang nekat melakukannya. Uniknya,
pelakunya bukan hanya golongan atau karyawan biasa
namun juga orang yang menempati posisi tinggi di
perusahaan. Korbanya lagi lagi wanita.
Melihat
begitu maraknya bacaan dan tontonan porno atau
dewasa, bagaimana dengan tanggapan atau pengaruh
generasi muda di sini ? Dari beberapa orang yang pernah
saya tanyakan disini jawabanya kadang cukup mencengangkan. Kalau
ada bacaan khusus anak anak tentu juga ada bacaan khusus
dewasa. Didalam masyarakat yang normal tentu juga ada
sebagian kecil golongan yang tidak normal, etchi atau
hentai dan tampaknya golongan ini harus diberikan
tempat juga agar tidak mengganggu. Kadang pendapat itu
ada benarnya juga, karena walaupun dilarang, tampaknya tetap
akan dicari.
Dari
yang saya lihat juga, pornografi ditanggapi dengan
biasa biasa saja. Bacaan atau tontonan yang mengandung
pornografi cendrung ditanggapi biasa saja atau bahkan
menurut saya cendrung sepi. Semua orang tampaknya memilih
bacaan atau tontonan sesuai kebutuhan dan umurnya. Seniman besar
jaman dulu keliber Kitagawa Utamaro, juga pernah
mencipatakan seri lukisan ukioe yang bertema sangat
erotis , yang sebagian orang mungkin menyebutnya
porno, atau mungkin seni porno atau apalah, yang jelas
harganya (karena kebetulan saya suka lukisan) super
ajaib karena si kolektor bisanya enggan menjualnya. Jadi
dilihat dari sejarahnya tampaknya masyarkat Jepang secara umum
sudah terbiasa atau mungkin juga sudah bosan dengan sesuatu
yang berbau porno, sedangkan yang sebagian kecil
tetap saja membandel dan tidak pernah bosan.
Akhirnya
tulisan ini harus saya akhiri juga dengan tanpa
kesimpulan apapun keculi satu pertanyaan penutup :
"Apa yang terjadi kalau seandainya bebebasan yang sama
juga diterapkan di negara kita ?" Mungkin kebanyakan
orang sudah tahu jawabannya....
Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar